Pertama, penulis ingin mengajak para pembaca untuk menyamakan pandangan terlebih dahulu. “Cash Back” yang penulis maksud pada tulisan ini mengacu pada SE Nomor SE.24/PJ/2018 mengenai perlakukan perpajakan atas imbalan yang diterima oleh pembeli sehubungan dengan kondisi tertentu dalam jual beli. Kondisi tertentu dalam jual beli yaitu antara lain Pembeli mencapai jumlah tertentu dalam kegiatan pembelian atau pelunasan dalam jangka waktu tertentu oleh Pembeli.
Ilustrasi : PT. ABC melakukan perjanjian dengan PT. XYZ. Apabila PT. XYZ melakukan transaksi pembelian barang/jasa kepada PT. ABC mencapai Rp500.000.000,- dalam satu bulan maka PT. ABC akan memberikan cash back kepada PT. XYZ sebesar 5% dari nilai transaksi pembelian barang/jasa.
Dari ilustasi tersebut maka imbalan yang diterima oleh PT. XYZ merupakan objek
PPh Pasal 23 sehingga PT. ABC akan memotong PPh Pasal 23 sesuai ketentuan
perpajakan yang berlaku, demikianlah perlakuan pengenaan PPh yang dituangkan dalam surat edaran tersebut.
Kemudian apabila penerima imbalan merupakan orang pribadi wajib pajak dalam negeri (WPDN) maka pembayaran imbalan kepada pembeli merupakan objek PPh Pasal 21. Sedangkan apabila penerima imbalan merupakan pembeli yang berkedudukan di Luar Negeri (WPLN) maka pembayaran imbalan kepada pembeli merupakan objek PPh Pasal 26.
Ditulis oleh:
Wahyu Budi Argo
Konsultan & Kuasa Hukum
Bidang Perpajakan, Kepabeanan dan Cukai